Kamis, 02 Mei 2013

Sejarah Konseling didunia

 AKAR SEJARAH PERKEMBANGAN KONSELING
Konseling sebagai suatu aktifitas yang berbasis luas merupakan bagian dari eksistensi manusia sejak jaman purbakala. Konselor identik dengan orang yang memiliki kepekaan dalam ‘mendengarkan / listening’ dan bijaksana dalam memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan orang lain. Mereka memiliki pengalaman hidup atau pengetahuan yang luar biasa untuk membina hubungan dengan sesama manusia dan mau membagi pengetahuan dan pengalamannya untuk hidup dengan orang-orang yang kurang berpengalaman (Gibson & Mitchell, 1955 dalam Gladding, 2000).

Konseling mulai berkembang pada awal tahun 1900, ketika terjadi reformasi sosial dan  pendidikan karena kondisi masyarakat yang saat itu sedang ‘sakit’. Di akhir abad 19 ini terjadi pergerakan reformasi sosial di Amerika. Dalam pergerakan ini, para aktifis sosial menentang dan mendesak pemerintah agar lebih humanis dalam memperlakukan masyarakat, baik itu para imigran,kaum miskin, para penganggur, juga orang yang terganggu secara mental. Para pionir dalam konseling (yang selanjutnya disebut ‘guidance’) ini kebanyakan para guru dan para pembaharu. Mereka memfokuskan pengajaran kepada anak-anak dan para pemuda. Tujuannya adalah membantu anggota masyarakat agar lebih peka dan menghargai diri mereka sendiri, orang lain, dunia kerja, dan kehidupan berwarga negara.

Tiga orang pionir yang patut dicatat karena jasanya dalam membangun arah konseling adalah: Frank Parson, Jesse Davis, dan Clifford Beers. Mereka telah mempengaruhi orang-orang Amerika dan membuat dampak yang bersifat global. Kontribusi mereka adalah dalam area pembuatan keputusan karir, bimbingan pendidikan dan kesehatan mental. Frank Parson adalah orang yang memfokuskan diri pada kepentingan konseling dan pengembangan karir para
calon penerbang. Jesse Davis, menekankan pelayanan kepentingan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah sebagai suatu ukuran yang mendukung pembentukan kewarganegaraan yang baik. Clifford Beers, mulai mereformasi pergerakan kesehatan mental terutama yang bersifat preventif, seperti bagaimana memperlakukan individu yang mengalami gangguan emosional. Ketignya telah memantapkan pertumbuhan konseling. Gagasan-gagasan dan aktifitas-aktifitas mereka dalam tiga bidang keahlian profesional seperti telah disebutkan tadi menjadi akar kemunculan cabang fondasai-fondasi konseling.

Sebagai tambahan bagi mereka bertiga, konseling menjadi suatu profesi karena telah diformulasikan teori-teori yang efektif. Pada awalnya konseling bergantung pada 4 teori utama yakni: directive (E.G. Williamson), nondirective (Carl Rogers), psychoanalysis, dan behaviorism. Tahun 1950, banyak pendekatan-pendekatan baru diciptakan. Dengan adanya teori-teori tersebut, lebih memberikan kepercayaan terhadap konseling dan membuatnya lebih dapat diterima oleh masyarakat umum.

SEJARAH PERKEMBANGAN KONSELING DI DUNIA
Berikut ini akan disajikan proses perkembangan konseling di dunia menurut Eranya :
-
 Tahun 1900 – 1909
Terdapat tiga tokoh utama pada era ini:
      Jesse B. Davis
      Frank Parsons
      Clifford Beers
Namun, yang lebih banyak berperan adalah Franks Parsons.
-          Era tahun 1910 – 1970
Konseling pada masa ini sudah diinstitusikan yang ditandai dengan didirikannya  the National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun 1913.


-          Era tahun 1980 – an
Profesi konseling lebih berkembang dengan adanya standarisasi training dan sertifikasi. Lalu, dibentuklah the Council for Accreditation of counseling and Related Educational Program (CACREP) sebagai organisasi afiliasi dari APGA.
Dimensi lintas budaya (croos-culture) pun mulai ramai didiskusikan. Lalu berdirilah the Association for Multicultural Counseling and Development (AMCD) yang fokus pada isu multikultural terutama isu rasialisme yang menguat pada era 1980-an.
-          Era tahun 1990 – an
Psikiatri mulai berkembang  sebagai spesalis pengobatan lain yang dipelopori Van Ellenberger Renterghem dan Van Eeden. Hipnotis pun menjadi teknik yang umum digunakan untuk menangani pasien, teknik ini ditemukan oleh Johan Joseph Gassner dan Franz Mesmer yang juga perintis teori “magnetisme bintang”.

Diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.

5 komentar :