1) Individu sebagai Kesatuan
Terpadu
Pertama-tama
Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan
terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah
motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya.[1] Menurut maslow manusia harus
diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap bagian
tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain.[2] Pernyataan ini hampir menjadi aksioma
yang diterima oleh semua orang, yang kemudian sering dilupakan dan diabaikan
tatkala seseorang melakukan penelitian. Penting sekali untuk selalu disadarkan
kembali hal ini sebelum seseorang melakukan eksperimen atau menyusun suatu
teori motivasi yang sehat.
2) Hirarki Kebutuhan
Maslow
mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia
menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat
yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi,
orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat
tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan
fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan
hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal,
seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan,
harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi
orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat
lain kecuali makanan. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini
adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri
manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar
sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis
dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat
kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan
ini
b. Kebutuhan akan rasa aman
Setelah
kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai
kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam
kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut,
cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas,
dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya
seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan.
Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu.
Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak
aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan
stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing
dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat, kebutuhan rasa aman tidak
berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan diantara kita ini tidak
menyerah atau sama sekali tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi
dalam pada itu juga kita merasa tidak puas kalau jaminan dan stabilitas sama
sekali tidak ada.
c. Kebutuhan sosial
Setelah
terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup
kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang
akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini,belum
pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat,
kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan
penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat
(peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk
mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin
telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah
meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting.
Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan
sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Maslow
percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan
cinta kerena mobilitas kita.begitu sering kita berganti rumah, tetangga, kota,
bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama berada
disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa
merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang
banyak.
d. Kebutuhan akan penghargaan
Maslow
membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan
eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri,
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal)
menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan,
ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga
diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan
produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri,
rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik.
Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan akan
rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan
ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena
kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
e. Kebutuhan akan aktualisasi
diri
Menurut
Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia
untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow
sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat
untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut
kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul
setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan aktualisasi
diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini
bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas
untuk membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan
tentang perlunya jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan
kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa
melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang
berangkat dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri
diputarbalikkan. Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah
perilaku yang rakus dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan
perilaku yang lebih suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Konsep
yang mendasar bagi teori maslow adalah manusia di motivasikan oleh sejumlah
kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan
berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak
semata-mata bersifat fisiologis tetapi juga psikologis. Kebutuhan-kebutuhan itu
merupakan inti dari kodrat manusia, hanya saja manusia lemah dan mudah
diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, kebiasaan atau tradisi yang
keliru. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah aspek instrinsik kodrat manusia yang
tidak akan mati karena kebudayaan. Suatu kebutuhan dapat dikatakan sebagai
kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1. ketidak-hadirannya menimbulkan penyakit
2. kehadirannya mencegah timbulnya penyakit
3. pemulihannya menyembuhkan penyakit
4. dalam situasi tertentu yang sangat komplek dan dimana orang bebas
memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu
dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya.
5. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak
terdapat pada orang yang sehat.
Suatu catatan yang diberikan
oleh Maslow bahwa meskipun kebutuhan manusia bertingkat-tingkat, namun jangan
terlalu kaku menanggapinya, mungkin saja orang yang belum terpenuhi kebutuhan
makanannya juga menginginkan rasa aman, atau orang yang belum sempurna rasa
amannya juga menginginkan kasih sayang atau orang pada tingkat rendah mungkin
akan terpuaskan hanya dengan makanan saja dan seterusnya.[3]
3). Kepribadian sehat menurut
Maslow
Maslow
berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia
telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self actualizing
person). Dia mengemukakan teori motivasi bagi self actualizinga-needs person,
dengan nama metamotivation, meta-needs B-motivation, atau being values
(kebutuhan untuk berkembang). Sementara motivasi bagi orang yang tidak mampu
mengaktualisasikan dirinya dinamai D-motivation atau deficiency.Di bawah ini
ciri-ciri dari metaneeds dan metapologi
Metanees :Sikap percaya,Bijak dan baik,Indah (estetis),Kesatuan
(menyeluruh),Energik dan optimis,Pasti,Lengkap,Adil dan
altruis,Berani,Sederhana (simple)
Metapologis
:tidak
percaya, sinis dan skeptic,benci dan memuakkan,vulgar dan mati
rasa,disintegrasi,kehilangan semangat hidup,pasif dan pesimis,kacau dan tidak
dapat diprediksi,tidak lengkap dan tidak tuntas,suka marah-marah, tidak adil
dan egois,rasa tidak aman dan memerlukan bantuan,sangat komplek dan
membingungkan
Mengenai
self-actualizing person,atau orang yang sehat mentalnya, Maslow
mengemukakanciri-cirinya sebagaiberikut.
1) Mempersepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan
merasa nyaman dalam menjalaninya
2) Menerima dirinya sendiri, orang laindan lingkungannya.
3) Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap jujr, tidak
dibuat-buat dan terbuka.
4) Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar
dirinya (yang dialami orang lain).
5) Bersikap mandiri atau independen.
6) Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya
7) Mencapai puncak pengalaman, yaitu suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kegembiraan yang luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat
mistik atau keagamaan
8) Memiliki minat social, simpati, empati dan altruis
9) Sangat senang menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau
persaudaraan) dengan orang lain
10) Bersikap demokratis (toleran, tidak rasialis, dan terbuka)
11) Kreatif (fleksibel, spontan, terbuka dan tidak takut salah).
Pandangan maslow tentang hakikat manusia yaitu manusia bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik, dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia kepribadian itu dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan peran lingkungan, khususnya di sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow mengemukakan beberapa upaya yang sebaiknya membantu siswa menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri. Diantaranya:
1) Membantu siswa untuk mengeksplorasi pekerjaan
2) Membantu siswa untuk memehami keterbatasan (nasib) dirinya
3) Membantu siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai nilai
4) Membantu siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga
5) Mendorng siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya
6) Memfasilitasi siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa
aman, rasa berharga, dan rasa diakui).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar