Senin, 25 Juli 2011

Gifted (Anak Berbakat)


Adalah tipe anak yang tidak biasa serta tipe yang bertolak belakang dengan anak-anak penderita tidak ketidakmampuan. Anak berbakat mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dan mempunyai bakat unggul di beberapa bidang, seperti seni, music, matematika dll.
Karakteristik
Ellen Winner(1996), seorang ahli dibdang kreativitas dan anak berbakat, mendeskripsikan tiga criteria yang menjadi ciri anak berbakat :
1. Dewasa lebih dini (precocity)
2. Belajar menuruti kemauan mereka sendiri
3. Semangat untuk menguasai


Selain 3 kriteria tersebut, mereka juga mempunyai kemampuan lebih unggul dalam memproses informasi yang telah ditemukan oleh para peneliti bahwa anak berbakat belajar lebkih cepat , memproses informasi lebih cepat, mengguanakan penalaran dengan lebih baik, mengguanakan strategi yang lebih baik, dan ,memantau pemahaman mereka dengan lebih baik ketimbang dengan anak-anak yang tidak berbakat, yang dinamakan area ke 4.
Studi Terman Klasik.
Lewis Terman (1925)mengamati sekitar 1500 anak yang nilai IQ Stanford-Binet nya diatas 150 dan berlanjut hingga mereka dewasa, maka diperoleh hasil yang mengesankan. Dari 800 pria, 78 dapat doctor ( termasuk president APA di masa lalu) 48 Meraih M.D.s, dan 85 mendapat gelat hukum. Angka ini 10 sampai 30 kali lebih banyak ketimbang prestasi akademik dari 800 pria yang IQ nya normal.
Dari 672 wanita, dua pertiganya lulus sarjana pada 1930-an dan seperempatnya masuk ke pascasarjana (Terman & Oden,1959). Wanita berbakat dalam studu Terman mempresentasikan kelompok yang melewati masa kanak-kanak, dan sebaguan dari masa dewasa mereka, pada era sebelum muncul gerakan wanita dan pasangan yang sama-sama berkarir dan single parents(Tomlison-Keasey, 1993). Studi wanita berbakat pada masa sekarang menunjukan bahwa mereka lebih percaya diri dalam kemampuan kognitifnya ketimbang mereka yang termasuk dalam studi Terman (Tomlisom Keasey).
Sebagai suatu kelompok, orang-orang berbakat dalam studi Terman telah matang secara intelektual sebelum waktunya, tetapi mereka tidak mengalami ganguan emosional atau penyesuaian diri. Temuan ini juga muncul dalam sejumlah studi anak berbakat – yakni mereka yang bisa meyesuaikan diri, atau lebih baik dalam menyesuaikan diri ketimbang anak yang tidak berbakat(Winner,1996). Namun anak yang sangat cerdas (dengan IQ diatas 180) sering mengalami masalah dalam menyesuaikan diri ketimbang anak yang tidak berbakat (Keogh & MacMilan,1996).
Stevan Ceci (1990) mengatakan bahwa analisis terhadapp perkembangan kelompok dalam studi Teman menunjukan sessuatu yang penting. Bukann IQ saja yang membuat mereka sukses. Banyak anak berbakat dalam studi Terman berasal dari keluarga menengah ke atas dan meu membimbing anak mereka menuju kesuksesan. Akan tetapi, segelintir dari anak berbakat paling sukses dalam studi Terman ternyata berasal dari keluarga menengah kebawah. Jadi, kesuksesan dalam hidup bagi individu berbakat tidak harus selalu di iringi dengan kekayaan keluarga.
Mendidik anak berbakat
Anak berbakat yang merasa tidak tertantang dapat menganggu, tidak naik kelas, dan kehilangan semangat untuk berprestas. Kadang kala anak ini sering membolos, pasif dan apatis terhadap sekolah (Roselli, 1996)
Ada empat opsi program untuk anak berbakat adalah (Hertzog, 1998) :
- Kelas Khusus
- Akselerasi dan pengayaan dikelas Reguler
- Program Mentor dan pelatihan
- Kerja/studi dan/atau program pelayanan masyarakat.
Reformasi telah melahirkan banyak strategi di kelas umum, strategi yang dahulu merupakan program untuk kelas khusus. Strategi ini antara lain penekanan pada pembelajaran berbasis problem, menyuruh anak melakukan proyek, menciptakan portofolio, dan pemikiran kritis. Dikombinasikan dengan penekanan pada pendidikan semua anak dikelas umum, banyak sekolah sekarang berusaha menentang dan memotivasi anak yang berbakat di kelas regular (Hertzog,1998).
Program aklerasi adalah program memindahkan murid secepat mungkin sesuai dengan kemajuan mereka. Program ini mencakup TK,SD,SMP,SMA dan tingkat universitas, lonat kelas, mengikuti pelajaran tambahan atau kursus lainnya, dan mengikuti penempatan kelas. Guru mengabaikan beberapa materj yang dianggap tidak diperlukan lagi oleh anak berbakat.
Program Pengayaan adalah member murid kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran yang tidak didapatkan pada kurikulum umum. Salah satu tipe program pengayaan adalah mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif, dan memberi mereka kesempatan untuk memilih sendiri bidang studinya (Renzulli & Reiss,1997). Anak yang akan dimasukkan dalam program semacam ini akan dipilih berdasarkan banyak criteria, termasuk criteria kreativitras dan komitmen.
Evaluasi Riset terhadap program akselerasi dan pengayaan belum mengungkapkan pendekatan mana yang terbaik (Winner, 1997). Beberapa peneliti telah menemuakan bukti yang mendukung program akselerasi (Kulik, 1992), walaupun para pengkritik mengatakan ada problem dalam loncat kelas, yakni anak akan berada bersama anak lain yang secara fisik lebih besar dan berbeda secara sosioemosional. Peneliti lain menemukan bukti yang mendukung program pengayaan (Renzulli & Reis,1997).
Ellen Winner (1997) mengatakan bahwa sering kali anak-anak berbakat akan terisolasi secara social dan tidak dapat tantanganyang berarti dikelas. Mereka kerap diejek dan dijuliki “kutu buku” atau “orang aneh” (Silverman,1993). Winner percaya bahwa pendidikan Amerika akan lebih baik jika standarnya dinaikan untuk semua murid. Jika masih ada anak yang merasa tidak tertantang, dia merekomendasikan agar anak itu diizinkan untuk lompat kelas atau masuk ke kelas khusus.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar