Senin, 25 Juli 2011

Insan Kamil


Pengertian
Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata insan dan kamil. Secara harfiah, Insan berarti manusia dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna.
Selanjutnya Jamil Shaliba mengatakan bahwa kata insan menunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan untuk arti manusia dari segi sifatnya bukan fisiknya. Dalam bahasa Arab kata insan mengacu kepada sifat manusia yang terpuji seperti kasih sayang, mulia dan lainnya. Selanjutnya kata insan digunakan oleh para filosof klasik sebagai kata yang menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada hakikat manusia.

Adapun kata kamil dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna dan digunakan untuk menunjukkan pada yang sempurnanya zat dan sifat dan hal itu terjadi melalui terkumpulnya sejumlah potensi ilmu. Kata insan juga dijumpai dalam Al-Qur’an dan dibedakan dengan istilah basyar dan al-nas.

Kata insan mempunyai tiga asal kata yaitu anasa, nasiya, al-uns. Pertama, kata anasa menunjukkan kata insan yang mengandung arti melihat, mengetahui dan meminta izin. Kedua, kata nasiya menunjukkan arti kata insan yang berarti lupa dan menunjukkan adanya kaitan dengan kesadaran diri. Sedangkan kata al-uns mengandung arti bahwa manusia sebagai makhluk yang dapat hidup berdampingan dan dapat dipelihara.
Dilihat dari sudut kata insan yang berasal dari kata al-uns, nasiya dan anasa maka dapatlah dikatakan bahwa kata insan menunjuk pada suatu pengertian yang ada kaitannya dengan sikap yang lahir dari adanya kesadaran penalaran. Dalam arti singkatnya insan itu dipakai untuk menunjuk pada kualitas pemikiran dan kesadaran
Adapun istilah basyar dipakai untuk menyebutkan semua makhluk perempuan, baik satu ataupun banyak. Disisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan. Firman Allah (QS. Al-Rum: 20) “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah, krtika kamu menjadi basyar kamu bertebaran”.
Musa Asy’arie mengatakan bahwa manusia dalam pengertian basyar tergantung sepenuhnya pada alam, pertumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan. Sementara itu, manusia dalam pengertian insan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang sepenuhnya tergantung pada kebudayaan, pendidikan, penalaran, kesadaran dan sikap hidupnya.
Oleh karena itu, pemakaian kedua kata insan dan basyar untuk menyebut manusia mempunyai pengertian yang berbeda. Insan dipakai untuk menunjuk pada kualitas pemikiran dan kesadaran, sedangkan basyar dipakai untuk menunjukkan pada dimensi alamiahnya, yang menjadi ciri pokok manusia pada umunya, makan, minum dan mati. Berdasarkan pengertian insan dan basyar tersebut, manusia merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik maupun psikis yang memiliki potensi untuk berkembang.
Berdasarkan keterangan-keterangan yang telah dijelaskan tersebut, kita melihat bahwa Islam dengan sumber ajarannya al-Qur’an telah memotret manusia dalam sosoknya yang benar-benar utuh dan menyeluruh. Apa yang dikemukakan al-qur’an ini sangat jelas membantu untuk menjelaskan konsep Insan kamil. Dan apa yang dikemukakan al-qur’an itu menunjukkan bahwa insan kamil lebih mengacu pada manusia yang sempurna dari segi rohaniah, intelektual, intuisi, sosial dan aktivitas kemanusiaannya.
Hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam (QS. Asy-syuraa: 88-89) yakni
Artinya: (yaitu) dihari harta dan anak-anak tidak berguna lagi, kecuali orang-orang yang mengahadap Allah dengan hati yang bersih.(QS. Asy-Syuraa: 88-89)
Ayat tersebut sejalan dengan sabda Rasulullah yang menyatakan”Sesungguhnya Allah swt tidak akan melihat pada rupa, tubuh dan harta kamu, tetapi Allah melihat pada hati dan perbuatan kamu. (HR. Tabrani)
Ayat dan hadist tersebut diatas menunjukkan bahwa yang akan membawa keselamatan manusia adalah batin, rohani hati dan perbuatan yang baik. Orang yang demikian itulah yang dapat disebut sebagai insan kamil. Pada ayat lain didalam Al-Qur’an banyak dijumpai bahwa yang kelak akan dipanggil masuk surga adalah jiwa yang tenang (nafsu muthmainah).
Ciri-ciri Insan Kamil
Untuk mengetahui ciri-ciri insan kamil dapat ditelusuri pada berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ulama yang keilmuannya sudah diakui, termasuk didalamnya aliran-aliran. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Akalnya berfungsi secara optimal
Fungsi akal secara optimal dapat dijumpai pada pendapat kaum Muktazilah. Menurutnya, manusia yang akalnya berfungsi secara optimal dapat mengetahui bahwa segala perbuatan baik itu sesuai dengan esensinya dan merasa wajib melakukan semua itu walaupun tidak diperintahkan oleh wahyu.
2. Intuisinya berfungsi
Insan kamil dapat juga dicirikan dengan berfungsinya intuisi yang ada dalam dirinya. Intuisi ini dalam pandangan Ibn Sina disebut jiwa manusia (rasional soul).
3. Mampu menciptakan budaya
Menurut Ibn Khaldun, manusia adalah makhluk berpikir. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Lewat kemampuan berpikirnya itu manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses semacam ini melahirkan peradaban.
4. Menghiasi diri dengan sifat-sifat ketuhanan
Manusia termasuk makhluk yang mempunyai naluri ketuhanan (fitrah). Sifat ini yang menyebabkan manusia itu sebagai khalifah di muka bumi ini. Sebagai khalifah Allah dimuka bumi, ia melaksanakan amanah Tuhan dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
5. Berakhlak Mulia
Insan kamil juga sebagai makhluk yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali Syari’ati yang mengatakan bahwa manusia yang sempurna itu memiliki tiga aspek yakni aspek kebenaran, kebajikan dan keindahan.
6. Berjiwa seimbang
Menurut Nashr, bahwa manusia modern sekarang ini tidak jauh meleset dari siratan Darwin. Bahwa hakikat manusia terletak pada aspek kedalamannya yang bersifat permanen. Kutipan tersebut mengisyaratkan tentang perlunya sikap seimbang dalam kehidupan yaitu seimbang antara pemenuhan kebutuhan material dengan spiritual atau ruhiyah.
Kesimpulan
Insan kamil berarti manusia yang sehat dan terbina potensi rohaniahnya sehingga dapat berfungsi secara optimal dan dapat berhubungan dengan Allah dan dengan makhluk lainnya secara benar menurut akhlak islami. Manusia yang selamat rohaniah itulah yang diharapkan dari manusia insan kamil. Manusia yang demikian inilah yang akan selamat hidupnya didunia dan akhirat.
Uraian diatas juga tidak sepenuhnya menjelaskan tentang ciri-ciri insan kamil secara keseluruhan. Tetapi jika ciri-ciri tersebut dijalankan secara konsisten maka akan mewujudkan insane kamil yang dimaksud. Seluruh ciri tersebut menunjukkan bahwa insan kamil menggambarkan pada manusia yang segenap potensi intelektual, intuisi, rohani, hati sanubari, ketuhanan, fitrah dan kejiwaannya berfungsi dengan baik. Dengan demikian, upaya mewujudkan insan kamil perlu diarahkan melalui pembinaan intelektual, kepribadian, akhlak, ibadah, pengalaman tasawuf, bermasyarakat dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
AR, Drs. Zahrudin. 2004. Pengantar studi akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Hidayat, Bahril. 2009. Handout Psikologi Islam
Nata, Prof. Dr. H. Abuddin. 2008. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar :

Posting Komentar