Selasa, 10 April 2012

ADHD (Attention deficit Hyperactivity disorder)


ADHD (Attention deficit Hyperactivity disorder)Adalah ketidakmampuan dimana anak menunjukan problem yang terus menerus dalam satu atau lebih area ini : kurang perhatian, Hiperaktif, dan implusif. Walaupun tanda-tanda ADHD mungkin ada di masa kanak-kanak awal, diagnosis ADHD sering kali baru dilakukan pada masa anak SD. Banyak pakar merekomendasikan kombinasi intervensi medis, akademik, dan behavioral untuk membantu murid ADHD belajar dan menyesuaikan diri.
Tipe ADHD

ADHD dalam DSM-IV-TR membedakan tiga tipe gejala.
1. Kurang Perhatian (attention)
Tampak tidak mendengarkan orang lain, mereka mungkin tidak mengerjakan tugas, tidak membaca buku, atau tidak membawa alat-alat karena tidak mendengar intruksi guru. Mereka mungkin tidak cukup mempertatikan secara detail dan membuat kesalahan ceroboh.
2. Hiperaktivitas
Gelisah, susah duduk tenang dalam jangka waktu yang cukup lama, dan selalu tampak bergegas.
3. Impulsivitas
Suka menjawab pertanyaan, walau pertanyaan tersebut belum selesai disampaikan
Ranah gelaja pertama (kurang memperhatikan) atau yang kedua (Hiperaktivitas) atau yang ketiga (Impulsivita) harus tampak pada seseorang yang didiagnosis dengan ADHD.
Anak hiperaktif menunjukan level aktifitas fisik yang tinggi, hampi selalu bergerak. Anak implusif sulit mengendalikan reaksinya dan gampang bertindak tanpa pikir panjang. Ank yang menunjukan gejala ADHD bisa di diagnosis sebagai:
1. ADHD dengan kecendrungan lebih pada kurang perhatian.
2. ADHD dengan kecendrungan lebih pada hiperaktif / implusif
3. ADHD dengan kecendrungan baik itu kurang perhatain maupun hiperaktif/implusif.
Penyebab
Hingga saat ini penyebab ADHD belum dapat dipastikan. Terdapat berbagai teori tentang penyebab ADHD, sebuah teori mengasumsikan konsumsi gula atau zat aditif yang berlebihan dalam makanan sebagai penyebabnya. Sedangkan teori yang lain menyatakan bahwa faktor genetis adalah penyebab utama. Para ahli masih meneliti bagian otak tertentu dan zat-zat yang mempengaruhinya.
Sampai saat ini sebagian besar perhatian lebih difokuskan pada gen-gen yang berhubungan dengan unsur kimiawi syaraf (neurochemical) dopamine, meskipun norefinefrin, serotonin, dan GABA juga terindikasi dalam penyebab ADHD.
Penelitian lain menganggap kerusakan otak sebagai penyebab ADHD. Temuan umum dari studi brain-imaging terhadap mereka yang memiliki dan tidak memiliki ADHD, ada perbedaa-perbeedaan subtil diantara mereka.
Selama bertahun-tahun beberapa macam toksin, seperti allergen dan zat aditif makanan dianggap sebagai penyebab ADHD, meskipun hanya ada sedikit bukti yang mendukung hubungannya. Teori yang mengatakan bahwa aditif makanan, seperti zat pewarna, pengawet makanan bertanggungjawab atas timbulnya gejala-gejala ADHD.
Respon negative orangtua (dimensi psikologis), guru dan teman sebaya terhadap impulsivitas dan hiperaktif anak-anak ADHD dapat memberikan kotribusi terhadap rendahnya self-esteem mereka. Penerimaan dan dukungan terapi, sangat mempengaruhi perkembangan psikologis anak kedepan.

Gejala
Gejala-Gejala menurut DSM IV-TR:
· Enam atau lebih gejala inatention (kurang perhatian), yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih dalam bentuk misalnya kesalahan akibat ceroboh disekolah, kesulitan mempertahankan perhatian pada tugas atau permainan, sering tidak mendengarkan ketika diajak bicara, tidak menyelesaikan tugas sekolah dan tugas-tugas dirumah, sering mengalami kesulitan dalam mengorganisasi tugas dan kegiatan, menghindari/tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang cukup lama, sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan, mudah terdistraksi, sering lupa.
· Memiliki enam ataulebih gejala hieraktivitas dan impulsivitas, yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, seperti sering gelisah ditempat duduk, sering meninggalkan tempat duduk dikelas, sering berlari atau memanjat disaat tidak semestinya, kesulitan untuk mengikuti kegiatan hiburan dengan tenang, terlalu banyak bicara, sering menjawab pertanyaan yang belum selesai dbacakan, sering menginterupsi atau mengganggu orang lain.
· Kurang perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas itu bersifat maladaptive dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan.
· Beberapa gejala muncul sebelum umur 7 tahun.
· Beberapa gangguan muncul di dua setting atau lebih.
· Gangguan yang signifikan dalam fungsi.
ADHD dapat ditengarai sejak anak berusia sangat kecil. Pada bayi, gejala yang nampak, adalah:
a) Terlalu banyak bergerak, sering menangis, dan pola tidurnya buruk
b) Sulit makan/minum
c) Selalu kehausan
d) Cepat marah/sering mengalami temper tantrum
Pada anak balita, gejala ADHD yang kerap terlihat, adalah:
a) Sulit berkonsentrasi/memiliki rentang konsentrasi yang sangat pendek
b) Sangat aktif dan selalu bergerak
c) Impulsif
d) Cenderung penakut
e) Memiliki daya ingat yang pendek
f) Terlihat tidak percaya diri
g) Memiliki masalah tidur dan sulit makan
h) Sangat cerdas, namun prestasi belajar tidak prima.
Tidak semua anak yang mengalami ADHD terlihat memiliki gejala ini, karena sangat tergantung pada tingkat ADHD yang diidap.

Solusi
Diketahui ada dua cara mengatasi untuk menangani ADHD; pharmacological dan nonpharmacological.
Penanganan pharmacological diterapkan tergantung pada hasil diagnosa dokter dan psikolog. Umumnya dokter memberikan obat-obatan pada anak. Selama masa terapi ini, sangat disarankan agar orang tua senantiasa berhubungan dengan dokter. Hal yang penting diperhatikan saat terapi adalah dampak obat terhadap anak, seperti; penurunan berat badan, perubahan selera makan, sulit tidur malam, dan cenderung mengalami kepanikan.
Sedangkan nonpharmacological adalah cara alternatif menangangi ADHD tanpa obat, yaitu; pendidikan khusus, terapi perikalu dan psikoterapi seluruh keluarga. Hingga saat ini para ahli masih meneliti dampak penanganan alternatif ini dalam mengembangkan disiplin dan rasa tanggung jawab pada anak pengidap ADHD.

Penanganan ADHD
· Jika anak Anda diketahui mengidap ADHD, ada beberapa petunjuk praktis yang sangat disarankan oleh para ahli: Atur dan batasi kegiatan individual anak, seperti menonton televisi, bermain PS2, atau mendengarkan musik dengan earphone.
· Tetapkan sebuah tugas sederhana untuk dilakukan oleh anak setiap hari, seperti; membereskan mainannya, meletakkan handuk di gantungan sehabis mandi, dll. Cara ini dapat melatih anak berkonsentrasi.
· Kembangkan ketrampilan anak mengatur waktu dengan mengajaknya membuat jadwal harian
· Mengatur rutinitas anak berolahraga

Tidak ada komentar :

Posting Komentar